Hukum-Hukum Dasar Ilmu Kimia
STOIKIOMETRI adalah cabang ilmu kimia
yang mempelajari hubungan kuantitatif dari komposisi zat-zat kimia dan
reaksi-reaksinya.1.
1.HUKUM KEKEKALAN MASSA = HUKUM LAVOISIER
"Massa zat-zat sebelum dan
sesudah reaksi adalah tetap".
Contoh:
hidrogen + oksigen
® hidrogen oksida
(4g) (32g) (36g)
2.HUKUM PERBANDINGAN TETAP = HUKUM PROUST
"Perbandingan massa
unsur-unsur dalam tiap-tiap senyawa adalah tetap"
Contoh:
a. Pada senyawa NH3 : massa N :
massa H
= 1 Ar . N : 3 Ar . H
= 1 (14) : 3 (1) = 14 : 3
b. Pada senyawa SO3 : massa S :
massa 0
= 1 Ar . S : 3 Ar . O
= 1 (32) : 3 (16) = 32 : 48 = 2
: 3
Keuntungan dari hukum Proust:
bila diketahui massa suatu
senyawa atau massa salah satu unsur yang membentuk senyawa tersebut make massa
unsur lainnya dapat diketahui.
Contoh:
Berapa kadar C dalam 50 gram
CaCO3 ? (Ar: C = 12; 0 = 16; Ca=40)
Massa C = (Ar C / Mr CaCO3) x
massa CaCO3
= 12/100 x 50 gram = 6 gram
massa C
Kadar C = massa C / massa CaCO3
x 100%
= 6/50 x 100 % = 12%
3.HUKUM PERBANDINGAN BERGANDA = HUKUM DALTON
"Bila dua buah unsur dapat
membentuk dua atau lebih senyawa untuk massa salah satu unsur yang sama
banyaknya maka perbandingan massa unsur kedua akan berbanding sebagai bilangan
bulat dan sederhana".
Contoh:
Bila unsur Nitrogen den oksigen disenyawakan dapat terbentuk,
NO dimana massa N : 0 = 14 : 16
= 7 : 8
NO2 dimana massa N : 0 = 14 : 32
= 7 : 16
Untuk massa Nitrogen yang same
banyaknya maka perbandingan massa Oksigen pada senyawa NO : NO2 = 8 :16 = 1 : 2
4.HUKUM-HUKUM GAS
Untuk gas ideal berlaku
persamaan : PV = nRT
dimana:
P = tekanan gas (atmosfir)
V = volume gas (liter)
n = mol gas
R = tetapan gas universal =
0.082 lt.atm/mol Kelvin
T = suhu mutlak (Kelvin)
Perubahan-perubahan dari P, V
dan T dari keadaan 1 ke keadaan 2 dengan kondisi-kondisi tertentu dicerminkan
dengan hukum-hukum berikut:
A. HUKUM
BOYLE
Hukum ini diturunkan dari
persamaan keadaan gas ideal dengan
n1 = n2 dan T1 = T2 ; sehingga
diperoleh : P1 V1 = P2 V2
Contoh:
Berapa tekanan dari 0 5 mol O2
dengan volume 10 liter jika pada temperatur tersebut 0.5 mol NH3 mempunyai
volume 5 liter den tekanan 2 atmosfir ?
Jawab:
P1 V1 = P2 V2
2.5 = P2 . 10 ® P2 =
1 atmosfir
B.HUKUM GAY-LUSSAC
"Volume gas-gas yang bereaksi den volume gas-gas hasil reaksi bile
diukur pada suhu dan tekanan yang sama, akan berbanding sebagai bilangan bulat
den sederhana".
Jadi untuk: P1 = P2 dan T1 = T2
berlaku : V1 / V2 = n1 / n2
Contoh:
Hitunglah massa dari 10 liter gas nitrogen (N2) jika pada kondisi
tersebut 1 liter gas hidrogen (H2) massanya 0.1 g.
Diketahui: Ar untuk H = 1 dan N
= 14
Jawab:
V1/V2 = n1/n2 ® 10/1 = (x/28) /
(0.1/2) ® x = 14 gram
Jadi massa gas nitrogen = 14 gram.
C.HUKUM BOYLE-GAY LUSSAC
Hukum ini merupakan perluasan
hukum terdahulu den diturukan dengan keadaan harga n = n2 sehingga diperoleh
persamaan:
P1 . V1 / T1 = P2 . V2 / T2
D.HUKUM AVOGADRO
"Pada suhu dan tekanan yang sama, gas-gas yang volumenya sama
mengandung jumlah mol yang sama. Dari pernyataan ini ditentukan bahwa pada
keadaan STP (0o C 1 atm) 1 mol setiap gas volumenya 22.4 liter volume ini
disebut sebagai volume molar gas.
Contoh:
Berapa volume 8.5 gram amoniak (NH3) pada suhu 27o C dan tekanan 1 atm
?
(Ar: H = 1 ; N = 14)
Jawab:
85 g amoniak = 17 mol = 0.5 mol
Volume amoniak (STP) = 0.5 x
22.4 = 11.2 liter
Berdasarkan persamaan Boyle-Gay
Lussac:
P1 . V1 / T1 = P2 . V2 / T2
1 x 112.1 / 273 = 1 x V2 / (273 + 27) ®
V2 = 12.31 liter
Massa
Atom Dan Massa Rumus
1.Massa Atom Relatif (Ar)
merupakan perbandingan antara
massa 1 atom dengan 1/12 massa 1 atom karbon 12
2.Massa Molekul Relatif (Mr)
merupakan perbandingan antara massa 1 molekul senyawa dengan 1/12 massa
1 atom karbon 12.
Massa molekul relatif (Mr) suatu
senyawa merupakan penjumlahan dari massa atom unsur-unsur penyusunnya.
Contoh:
Jika Ar untuk X = 10 dan Y = 50 berapakah Mr senyawa X2Y4 ?
Jawab:
Mr X2Y4 = 2 x Ar . X + 4 x Ar . Y = (2 x 10) + (4 x 50) = 220
Konsep
Mol
1 mol adalah satuan bilangan kimia yang jumlah atom-atomnya atau
molekul-molekulnya sebesar bilangan Avogadro dan massanya = Mr senyawa itu.
Jika bilangan Avogadro = L maka
:
L = 6.023 x 1023
1 mol atom = L buah atom,
massanya = Ar atom tersebut.
1 mol molekul = L buah molekul
massanya = Mr molekul tersehut.
Massa 1 mol zat disebut sebagai
massa molar zat
Contoh:
Berapa molekul yang terdapat dalam 20 gram NaOH ?
Jawab:
Mr NaOH = 23 + 16 + 1 = 40
mol NaOH = massa / Mr = 20 / 40 = 0.5 mol
Banyaknya molekul NaOH = 0.5 L = 0.5 x 6.023 x 1023 = 3.01 x 1023
molekul.
Persamaan
Reaksi
PERSAMAAN REAKSI MEMPUNYAI SIFAT1.
Jenis unsur-unsur sebelum dan sesudah reaksi selalu sama
2.Jumlah masing-masing atom sebelum dan sesudah reaksi selalu sama
3.Perbandingan koefisien reaksi menyatakan perbandingan mol (khusus
yang berwujud gas perbandingan koefisien juga menyatakan perbandingan volume
asalkan suhu den tekanannya sama)
Contoh: Tentukanlah koefisien reaksi dari
HNO3 (aq) + H2S (g) ® NO (g) + S (s) + H2O (l)
Cara yang termudah untuk menentukan koefisien reaksinya adalah dengan
memisalkan koefisiennya masing-masing a, b, c, d dan e sehingga:
a HNO3 + b H2S ® c NO + d S + e H2O
Berdasarkan reaksi di atas maka
atom N : a = c (sebelum dan
sesudah reaksi)
atom O : 3a = c + e ® 3a = a + e
® e = 2a
atom H : a + 2b = 2e = 2(2a) =
4a ® 2b = 3a ® b = 3/2 a
atom S : b = d = 3/2 a
Maka agar terselesaikan kita
ambil sembarang harga misalnya a = 2 berarti: b = d = 3, dan e = 4 sehingga
persamaan reaksinya :
2 HNO3 + 3 H2S ® 2 NO + 3 S + 4 H2O
Hitungan
Kimia
Hitungan kimia adalah cara-cara perhitungan yang berorientasi pada
hukum-hukum dasar ilmu kimia.
Dalam hal ini akan diberikan
bermacam-macam contoh soal hitungan kimia beserta pembahasanya.
Contoh-contoh soal :1.
Berapa persen kadar kalsium (Ca) dalam kalsium karbonat ? (Ar: C = 12 ;
O= 16 ; Ca=40)
Jawab :
1 mol CaCO, mengandung 1 mol Ca + 1 mol C + 3 mol O
Mr CaCO3 = 40 + 12 + 48 = 100
Jadi kadar kalsium dalam CaCO3 =
40/100 x 100% = 40%
2.
Sebanyak 5.4 gram logam alumunium (Ar = 27) direaksikan dengan asam
klorida encer berlebih sesuai reaksi :
2 Al (s) + 6 HCl (aq) ® 2
AlCl3 (aq) + 3 H2 (g)
Berapa gram aluminium klorida
dan berapa liter gas hidrogen yang dihasilkan pada kondisi standar ?
Jawab:
Dari persamaan reaksi dapat dinyatakan
2 mol Al x 2 mol AlCl3 ® 3 mol H2
5.4 gram Al = 5.4/27 = 0.2 mol
Jadi:
AlCl3 yang terbentuk = 0.2 x Mr AlCl3 = 0.2 x 133.5 = 26.7 gram
Volume gas H2 yang dihasilkan
(0o C, 1 atm) = 3/2 x 0.2 x 22.4 = 6.72 liter
3.Suatu bijih besi mengandung
80% Fe2O3 (Ar: Fe=56; O=16). Oksida ini direduksi dengan gas CO sehingga
dihasilkan besi.
Berapa ton bijih besi diperlukan untuk membuat 224 ton besi ?
Jawab:
1 mol Fe2O3 mengandung 2 mol Fe
maka : massa Fe2O3 = ( Mr
Fe2O3/2 Ar Fe ) x massa Fe = (160/112) x 224 = 320 ton
Jadi bijih besi yang diperlukan
= (100 / 80) x 320 ton = 400 ton
4.Untuk menentukan air kristal tembaga sulfat 24.95 gram garam tersebut
dipanaskan sampai semua air kristalnya menguap. Setelah pemanasan massa garam
tersebut menjadi 15.95 gram. Berapa banyak air kristal yang terkandung dalam
garam tersebut ?
Jawab :
misalkan rumus garamnya adalah CuSO4 . xH2O
CuSO4 . xH2O ® CuSO4 + xH2O
24.95 gram CuSO4 . xH2O = 159.5 + 18x mol
15.95 gram CuSO4 = 159.5 mol =
0.1 mol
menurut persamaan reaksi di atas
dapat dinyatakan bahwa:
banyaknya mol CuS04 . xH2O = mol
CuSO4; sehingga persamaannya
24.95/ (159.5 + 18x) = 0.1 ® x =
5
Jadi rumus garamnya adalah CuS04 . 5H2O
Rumus Empiris dan Rumus Molekul
Rumus empiris adalah rumus yang
paling sederhana dari suatu senyawa.
Rumus ini hanya menyatakan
perbandingan jumlah atom-atom yang terdapat dalam molekul.
Rumus empiris suatu senyawa
dapat ditentukan apabila diketahui salah satu:
- massa dan Ar masing-masing
unsurnya
- % massa dan Ar masing-masing
unsurnya
- perbandingan massa dan Ar
masing-masing unsurnya
Rumus molekul: bila rumus
empirisnya sudah diketahui dan Mr juga diketahui maka rumus molekulnya dapat
ditentukan.Contoh: Suatu senyawa C
den H mengandung 6 gram C dan 1 gram H.
Tentukanlah rumus empiris dan
rumus molekul senyawa tersebut bila diketahui Mr nya = 28 !
Jawab:
mol C : mol H = 6/12 : 1/1 = 1/2 : 1 = 1 : 2
Jadi rumus empirisnya: (CH2)n
Bila Mr senyawa tersebut = 28 maka: 12n + 2n = 28 ® 14n = 28 ®
n = 2
Jadi rumus molekulnya : (CH2)2 = C2H4
Contoh: Untuk mengoksidasi
20 ml suatu hidrokarbon (CxHy) dalam keadaan gas diperlukan oksigen sebanyak
100 ml dan dihasilkan CO2 sebanyak 60 ml. Tentukan rumus molekul hidrokarbon
tersebut !
Jawab:
Persamaan reaksi pembakaran hidrokarbon secara umum
CxHy (g) + (x + 1/4 y) O2 (g) ®
x CO2 (g) + 1/2 y H2O (l)
Koefisien reaksi menunjukkan
perbandingan mol zat-zat yang terlibat dalam reaksi.
Menurut Gay Lussac gas-gas pada p, t yang sama, jumlah mol berbanding
lurus dengan volumenya
Maka:mol CxHy : mol O2 : mol CO2 =
1 : (x + 1/4y) : x
20 : 100 : 60 =
1 : (x + 1/4y) : x
1 : 5 : 3 =
1 : (x + 1/4y) : x
atau:
1 : 3 = 1 : x ® x = 3
1 : 5 = 1 : (x + 1/4y) ® y = 8
Jadi rumus hidrokarbon tersebut
adalah : C3H8
Reaksi
Eksoterm Dan Endoterm
a. Reaksi Eksoterm
Pada reaksi eksoterm terjadi perpindahan kalor dari sistem ke
lingkungan atau pada reaksi tersebut dikeluarkan panas.
Pada reaksi eksoterm harga DH =
( - )
Contoh : C(s) + O2(g) ®
CO2(g) + 393.5 kJ ; DH = -393.5 kJ
b.Reaksi Endoterm
Pada reaksi endoterm terjadi perpindahan kalor dari lingkungan ke
sistem atau pada reaksi tersebut dibutuhkan panas.
Pada reaksi endoterm harga DH =
( + )
Contoh : CaCO3(s) ® CaO(s) + CO2(g) - 178.5 kJ ; DH = +178.5 kJ
Perubahan
Entalpi
Entalpi = H = Kalor reaksi pada tekanan tetap = Qp
Perubahan entalpi adalah
perubahan energi yang menyertai peristiwa perubahan kimia pada tekanan tetap.a. Pemutusan ikatan membutuhkan energi (=
endoterm)
Contoh: H2 ® 2H - a kJ ; DH= +akJ
b. Pembentukan ikatan memberikan energi (= eksoterm)
Contoh: 2H ® H2 + a kJ ; DH = -a kJ
Istilah yang digunakan pada perubahan entalpi :1.
Entalpi Pembentakan Standar ( DHf ):
DH untak membentuk 1 mol persenyawaan langsung dari unsur-unsurnya yang
diukur pada 298 K dan tekanan 1 atm.
Contoh: H2(g) + 1/2 O2(g) ® H20
(l) ; DHf = -285.85 kJ
2.Entalpi Penguraian:
DH dari penguraian 1 mol persenyawaan langsung menjadi unsur-unsurnya
(= Kebalikan dari DH pembentukan).
Contoh: H2O (l) ® H2(g) + 1/2
O2(g) ; DH = +285.85 kJ
3.Entalpi Pembakaran Standar ( DHc ):
DH untuk membakar 1 mol persenyawaan dengan O2 dari udara yang diukur
pada 298 K dan tekanan 1 atm.
Contoh: CH4(g) + 2O2(g) ®
CO2(g) + 2H2O(l) ; DHc = -802 kJ
4.Entalpi Reaksi:
DH dari suatu persamaan reaksi di mana zat-zat yang terdapat dalam
persamaan reaksi dinyatakan dalam satuan mol dan koefisien-koefisien persamaan
reaksi bulat sederhana.
Contoh: 2Al + 3H2SO4 ®
Al2(SO4)3 + 3H2 ; DH = -1468 kJ
5.Entalpi Netralisasi:
DH yang dihasilkan (selalu eksoterm) pada reaksi penetralan asam atau
basa.
Contoh: NaOH(aq) + HCl(aq) ®
NaCl(aq) + H2O(l) ; DH = -890.4 kJ/mol
6.Hukum Lavoisier-Laplace
"Jumlah kalor yang
dilepaskan pada pembentukan 1 mol zat dari unsur-unsurya = jumlah kalor yang
diperlukan untuk menguraikan zat tersebut menjadi unsur-unsur
pembentuknya."
Artinya : Apabila reaksi dibalik
maka tanda kalor yang terbentuk juga dibalik dari positif menjadi negatif atau
sebaliknya
Contoh:
N2(g) + 3H2(g) ® 2NH3(g) ; DH =
- 112 kJ
2NH3(g) ® N2(g) + 3H2(g) ; DH = + 112 kJ
Penentuan
Perubahan Entalpi Dan Hukum Hess
PENENTUAN PERUBAHAN ENTALPI
Untuk menentukan perubahan entalpi pada suatu reaksi kimia biasanya
digunakan alat seperti kalorimeter, termometer dan sebagainya yang mungkin
lebih sensitif.
Perhitungan : DH reaksi = S DHfo produk - S DHfo reaktan
HUKUM HESS
"Jumlah panas yang
dibutuhkan atau dilepaskan pada suatu reaksi kimia tidak tergantung pada
jalannya reaksi tetapi ditentukan oleh keadaan awal dan akhir."
Contoh:C(s) + O2(g) ®
CO2(g) ; DH = x kJ ®
1 tahap
C(s) + 1/2 02(g) ® CO(g) ;
DH = y kJ ® 2 tahap
CO(g) + 1/2 O2(g) ® CO2(g) ;
DH = z kJ
------------------------------------------------------------ +
C(s) + O2(g) ® CO2(g) ;
DH = y + z kJ
Menurut Hukum Hess : x = y + z
Energi-Energi
Dan Ikatan Kimia
Reaksi kimia merupakan proses pemutusan dan pembentukan ikatan. Proses
ini selalu disertai perubahan energi. Energi yang dibutuhkan untuk memutuskan
ikatan kimia, sehingga membentuk radikal-radikal bebas disebut energi ikatan.
Untuk molekul kompleks, energi yang dibutuhkan untuk memecah molekul itu
sehingga membentuk atom-atom bebas disebut energi atomisasi.
Harga energi atomisasi ini merupakan jumlah energi ikatan atom-atom
dalam molekul tersebut. Untuk molekul kovalen yang terdiri dari dua atom seperti
H2, 02, N2 atau HI yang mempunyai satu ikatan maka energi atomisasi sama dengan
energi ikatan Energi atomisasi suatu senyawa dapat ditentukan dengan cara
pertolongan entalpi pembentukan senyawa tersebut. Secara matematis hal tersebut
dapat dijabarkan dengan persamaan :DH reaksi =
S energi pemutusan ikatan - S energi
pembentukan ikatan
=
S energi ikatan di kiri - S energi
ikatan di kanan
Contoh:
Diketahui :
energi ikatan
C - H = 414,5 kJ/Mol
C = C = 612,4 kJ/mol
C - C = 346,9 kJ/mol
H - H = 436,8 kJ/mol
Ditanya:
DH reaksi = C2H4(g) + H2(g) ®
C2H6(g)
DH reaksi = Jumlah energi pemutusan ikatan - Jumlah
energi pembentukan ikatan
= (4(C-H) + (C=C)
+ (H-H)) - (6(C-H) + (C-C))
= ((C=C) + (H-H)) - (2(C-H) +
(C-C))
= (612.4 + 436.8) - (2 x 414.5 +
346.9)
= - 126,7 kJ
Sistem
Dispers Dan Sistem Koloid
SISTEM DISPERSA.
Dispersi kasar
(suspensi) : partikel
zat yang didispersikan berukuran lebih besar dari 100 nm.
B.Dispersi koloid: partikel zat yang didispersikan berukuran antara 1
nm - 100 nm.
C.Dispersi molekuler
(larutan sejati) : partikel zat
yang didispersikan berukuran lebih kecil dari 1 nm.
Sistem koloid pada hakekatnya
terdiri atas dua fase, yaitu fase terdispersi dan medium pendispersi.
Zat yang didispersikan disebut
fase terdispersi sedangkan medium yang digunakan untuk mendispersikan disebut
medium pendispersi.
JENIS KOLOID
Sistem koloid digolongkan
berdasarkan pada jenis fase terdispersi dan medium pendispersinya.
- koloid yang mengandung fase
terdispersi padat disebut sol.
- koloid yang mengandung fase terdispersi cair disebut emulsi.
- koloid yang mengandung fase terdispersi gas disebut buih.
Sifat-Sifat Koloid
Kimia Kelas 1 > Sistem Koloid 170
< Sebelum Sesudah >
Sifat-sifat khas koloid meliputi :a.
Efek Tyndall
Efek Tyndall adalah efek
penghamburan cahaya oleh partikel koloid.
b.Gerak Brown
Gerak Brown adalah gerak acak, gerak tidak beraturan dari partikel
koloid.
Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion H+
Koloid As2S3 bermuatan negatif
karena permukaannya menyerap ion S2-
c.Adsorbsi
Beberapa partikel koloid
mempunyai sifat adsorbsi (penyerapan) terhadap partikel atau ion atau senyawa
yang lain.
Penyerapan pada permukaan ini
disebut adsorbsi (harus dibedakan dari absorbsi yang artinya penyerapan sampai
ke bawah permukaan).
Contoh :
(i) Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion
H+.
(ii) Koloid As2S3 bermuatan
negatit karena permukaannya menyerap ion S2.
d.Koagulasi
Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan.
Dengan terjadinya koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk
koloid.
Koagulasi dapat terjadi secara
fisik seperti pemanasan, pendinginan dan pengadukan atau secara kimia seperti
penambahan elektrolit, pencampuran koloid yang berbeda muatan.
e.Koloid Liofil dan Koloid Liofob
Koloid ini terjadi pada sol yaitu fase terdispersinya padatan dan medium
pendispersinya cairan. Koloid Liofil: sistem
koloid yang affinitas fase terdispersinya besar terhadap medium pendispersinya.
Contoh: sol kanji, agar-agar,
lem, cat
Koloid Liofob: sistem koloid
yang affinitas fase terdispersinya kecil terhadap medium pendispersinya.
Contoh: sol belerang, sol emas.
Elektroferisis
Dan Dialisis
ELEKTROFERESIS
Elektroferesis adalah peristiwa
pergerakan partikel koloid yang bermuatan ke salah satu elektroda.
Elektrotoresis dapat digunakan untuk mendeteksi muatan partikel koloid.
Jika partikel koloid berkumpul di elektroda positif berarti koloid bermuatan
negatif dan jika partikel koloid berkumpul di elektroda negatif berarti koloid
bermuatan positif.
Prinsip elektroforesis digunakan untuk membersihkan asap dalam suatu
industri dengan alat Cottrell.
DIALISIS
Dialisis adalah proses pemurnian
partikel koloid dari muatan-muatan yang menempel pada permukaannya.
Pada proses dialisis ini digunakan selaput semipermeabel.
Pembuatan Koloid
Kimia Kelas 1 > Sistem Koloid 172
< Sebelum Sesudah >
A. Cara Kondensasi
Cara kondensasi termasuk cara kimia.kondensasi
Prinsip : Partikel Molekular --------------> Partikel Koloid
Reaksi kimia untuk menghasilkan koloid meliputi :1. Reaksi Redoks
2 H2S(g) + SO2(aq) ® 3
S(s) + 2 H2O(l)
2. Reaksi Hidrolisis
FeCl3(aq) + 3 H2O(l) ®
Fe(OH)3(s) + 3 HCl(aq)
3.Reaksi Substitusi
2 H3AsO3(aq) + 3 H2S(g) ®
As2S3(s) + 6 H2O(l)
4.Reaksi Penggaraman
Beberapa sol garam yang sukar
larut seperti AgCl, AgBr, PbI2, BaSO4 dapat membentuk partikel koloid dengan
pereaksi yang encer.
AgNO3(aq) (encer) + NaCl(aq) (encer) ®
AgCl(s) + NaNO3(aq) (encer)
B. Cara DispersiPrinsip : Partikel Besar ----------------> Partikel Koloid
Cara dispersi dapat dilakukan dengan cara mekanik atau cara kimia:1. Cara Mekanik
Cara ini dilakukan dari gumpalan
partikel yang besar kemudian dihaluskan dengan cara penggerusan atau
penggilingan.
2. Cara Busur Bredig
Cara ini digunakan untak membuat
sol-sol logam.
3. Cara Peptisasi
Cara peptisasi adalah pembuatan
koloid dari butir-butir kasar atau dari suatu endapan dengan bantuan suatu zat
pemeptisasi (pemecah).
Contoh:
- Agar-agar dipeptisasi oleh air
; karet oleh bensin.
- Endapan NiS dipeptisasi oleh
H2S ; endapan Al(OH)3 oleh AlCl3
Konsentrasi
Dan Kecepatan Reaksi
Kecepatan reaksi adalah banyaknya mol/liter suatu zat yang dapat
berubah menjadi zat lain dalam setiap satuan waktu.
Untuk reaksi: aA + bB ® mM + nN
maka kecepatan reaksinya adalah:
1 (dA) 1 d(B) 1 d(M) 1 d(N)
V = - ------- = - ------- = + -------- = + ----------
a dt b dt m
dt n dt
dimana:- 1/a . d(A) /dt = rA = kecepatan reaksi zat A = pengurangan
konsentrasi zat A per satuan wakru.
- 1/b . d(B) /dt = rB = kecepatan reaksi zat B = pengurangan
konsentrasi zat B per satuan waktu.
- 1/m . d(M) /dt =
rM = kecepatan reaksi zat M =
penambahan konsentrasi zat M per satuan waktu.
- 1/n . d(N) /dt = rN = kecepatan reaksi zat N = penambahan
konsentrasi zat N per satuan waktu.
Pada umumnya kecepatan reaksi akan besar bila konsentrasi pereaksi
cukup besar. Dengan berkurangnya konsentrasi pereaksi sebagai akibat reaksi,
maka akan berkurang pula kecepatannya.
Secara umum kecepatan reaksi dapat dirumuskan sebagai berikut:
V = k(A) x (B)
y
dimana:
V = kecepatan reaksi
k = tetapan laju reaksi
x = orde reaksi terhadap zat A
y = orde reaksi terhadap zat B
(x + y) adalah orde reaksi
keseluruhan
(A) dan (B) adalah konsentrasi
zat pereaksi.
Orde
Reaksi
Orde reaksi adalah banyaknya faktor konsentrasi zat reaktan yang
mempengaruhi kecepatan reaksi.
Penentuan orde reaksi tidak
dapat diturunkan dari persamaan reaksi tetapi hanya dapat ditentukan
berdasarkan percobaan.
Suatu reaksi yang diturunkan
secara eksperimen dinyatakan dengan rumus kecepatan reaksi :
v = k (A) (B) 2
persamaan tersebut mengandung
pengertian reaksi orde 1 terhadap zat A dan merupakan reaksi orde 2 terhadap
zat B. Secara keselurahan reaksi tersebut adalah reaksi orde 3.
Contoh soal:
Dari reaksi 2NO(g) + Br2(g) ®
2NOBr(g)
dibuat percobaan dan diperoleh data sebagai berikut:No. (NO) mol/l (Br2) mol/l Kecepatan
Reaksi
mol / 1 / detik
1. 0.1 0.1 12
2. 0.1 0.2 24
3. 0.1 0.3 36
4. 0.2 0.1 48
5. 0.3 0.1 108
Pertanyaan:
a. Tentukan orde reaksinya !
b. Tentukan harga k (tetapan
laju reaksi) !
Jawab:a.
Pertama-tama kita misalkan rumus
kecepatan reaksinya adalah V = k(NO)x(Br2)y : jadi kita harus mencari nilai x
den y.
Untuk menentukan nilai x maka
kita ambil data dimana konsentrasi terhadap Br2 tidak berubah, yaitu data (1)
dan (4).
Dari data ini terlihat
konsentrasi NO naik 2 kali sedangkan kecepatan reaksinya naik 4 kali maka :
2x = 4 ® x = 2 (reaksi orde 2
terhadap NO)
Untuk menentukan nilai y maka
kita ambil data dimana konsentrasi terhadap NO tidak berubah yaitu data (1) dan
(2). Dari data ini terlihat konsentrasi Br2 naik 2 kali, sedangkan kecepatan
reaksinya naik 2 kali, maka :
2y = 2 ® y = 1 (reaksi orde 1
terhadap Br2)
Jadi rumus kecepatan reaksinya :
V = k(NO)2(Br2) (reaksi orde 3)
b.
Untuk menentukan nilai k cukup kita ambil salah satu data percobaan
saja misalnya data (1), maka:
V = k(NO)2(Br2)
12 = k(0.1)2(0.1)
k = 12 x 103 mol-212det-1
Teori
Tumbukan Dan Teori Keadaan Transisi
Teori tumbukan didasarkan atas teori kinetik gas yang mengamati tentang
bagaimana suatu reaksi kimia dapat terjadi. Menurut teori tersebut kecepatan
reaksi antara dua jenis molekul A dan B sama dengan jumiah tumbukan yang
terjadi per satuan waktu antara kedua jenis molekul tersebut. Jumlah tumbukan
yang terjadi persatuan waktu sebanding dengan konsentrasi A dan konsentrasi B.
Jadi makin besar konsentrasi A dan konsentrasi B akan semakin besar pula jumlah
tumbukan yang terjadi.
TEORI TUMBUKAN INI TERNYATA MEMILIKI BEBERAPA KELEMAHAN, ANTARA LAIN :-
tidak semua tumbukan menghasilkan reaksi sebab ada energi tertentu yang
harus dilewati (disebut energi aktivasi = energi pengaktifan) untak dapat
menghasilkan reaksi. Reaksi hanya akan terjadi bila energi tumbukannya lebih
besar atau sama dengan energi pengaktifan (Ea).
- molekul yang lebih
rumit struktur ruangnya menghasilkan tumbukan yang tidak sama jumlahnya
dibandingkan dengan molekul yang sederhana struktur ruangnya.
Teori tumbukan di atas
diperbaiki oleh tcori keadaan transisi atau teori laju reaksi absolut. Dalam
teori ini diandaikan bahwa ada suatu keadaan yang harus dilewati oleh
molekul-molekul yang bereaksi dalam tujuannya menuju ke keadaan akhir (produk).
Keadaan tersebut dinamakan keadaan transisi. Mekanisme reaksi keadaan transisi
dapat ditulis sebagai berikut:
A + B ® T* --> C + D
dimana:
- A dan B adalah molekul-molekul
pereaksi
- T* adalah molekul dalam
keadaan transisi
- C dan D adalah molekul-molekul
hasil reaksi
SECARA DIAGRAM KEADAAN TRANSISI INI DAPAT DINYATAKAN SESUAI KURVA
BERIKUT
Dari diagram terlibat bahwa energi pengaktifan (Ea) merupakan energi
keadaan awal sampai dengan energi keadaan transisi. Hal tersebut berarti bahwa
molekul-molekul pereaksi harus memiliki energi paling sedikit sebesar energi pengaktifan
(Ea) agar dapat mencapai keadaan transisi (T*) dan kemudian menjadi hasil
reaksi (C + D).
Catatan :
energi pengaktifan (= energi aktivasi) adalah jumlah energi minimum
yang dibutuhkan oleh molekul-molekul pereaksi agar dapat melangsungkan reaksi.
Tahap
Menuju Kecepatan Reaksi
Dalam suatu reaksi kimia berlangsungnya suatu reaksi dari keadaan
semula (awal) sampai keadaan akhir diperkirakan melalui beberapa tahap reaksi.
Contoh: 4 HBr(g) + O2(g) ® 2 H2O(g) + 2 Br2(g)
Dari persamaan reaksi di atas
terlihat bahwa tiap 1 molekul O2 bereaksi dengan 4 molekul HBr. Suatu reaksi
baru dapat berlangsung apabila ada tumbukan yang berhasil antara
molekul-molekul yang bereaksi. Tumbukan sekaligus antara 4 molekul HBr dengan 1
molekul O2 kecil sekali kemungkinannya untuk berhasil. Tumbukan yang mungkin
berhasil adalah tumbukan antara 2 molekul yaitu 1 molekul HBr dengan 1 molekul
O2. Hal ini berarti reaksi di atas harus berlangsung dalam beberapa tahap dan
diperkirakan tahap-tahapnya adalah :Tahap 1: HBr
+ O2 ® HOOBr (lambat)
Tahap 2: HBr + HOOBr ®
2HOBr (cepat)
Tahap 3: (HBr + HOBr ®
H2O + Br2) x 2 (cepat)
------------------------------------------------------
+
4
HBr + O2 --> 2H2O + 2 Br2
Dari contoh di atas ternyata
secara eksperimen kecepatan berlangsungnya reaksi tersebut ditentukan oleh
kecepatan reaksi pembentukan HOOBr yaitu reaksi yang berlangsungnya paling
lambat.
Rangkaian tahap-tahap reaksi dalam suatu reaksi disebut "mekanisme
reaksi" dan kecepatan berlangsungnya reaksi keselurahan ditentukan oleh
reaksi yang paling lambat dalam mekanisme reaksi. Oleh karena itu, tahap ini
disebut tahap penentu kecepatan reaksi.
Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Kecepatan Reaksi
Beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi antara lain konsentrasi,
sifat zat yang bereaksi, suhu dan katalisator.
A. KONSENTRASI
Dari berbagai percobaan
menunjukkan bahwa makin besar konsentrasi zat-zat yang bereaksi makin cepat
reaksinya berlangsung. Makin besar konsentrasi makin banyak zat-zat yang
bereaksi sehingga makinbesar kemungkinan terjadinya tumbukan dengan demikian
makin besar pula kemungkinan terjadinya reaksi.
B. SIFAT ZAT YANG BEREAKSI
Sifat mudah sukarnya suatu zat bereaksi akan menentukan kecepatan
berlangsungnya reaksi.
Secara umum dinyatakan bahwa:-
Reaksi antara senyawa ion umumnya berlangsung cepat.
Hal ini disebabkan oleh adanya
gaya tarik menarik antara ion-ion yang muatannya berlawanan.
Contoh: Ca2+(aq) + CO32+(aq)
® CaCO3(s)
Reaksi ini berlangsung dengan
cepat.
- Reaksi antara
senyawa kovalen umumnya berlangsung lambat.
Hal ini disebabkan karena untuk
berlangsungnya reaksi tersebut dibutuhkan energi untuk memutuskan ikatan-ikatan
kovalen yang terdapat dalam molekul zat yang bereaksi.
Contoh: CH4(g) + Cl2(g) ® CH3Cl(g) + HCl(g)
Reaksi ini berjalan lambat
reaksinya dapat dipercepat apabila diberi energi misalnya cahaya matahari.
C. SUHU
Pada umumnya reaksi akan
berlangsung lebih cepat bila suhu dinaikkan. Dengan menaikkan suhu maka energi
kinetik molekul-molekul zat yang bereaksi akan bertambah sehingga akan lebih
banyak molekul yang memiliki energi sama atau lebih besar dari Ea. Dengan
demikian lebih banyak molekul yang dapat mencapai keadaan transisi atau dengan
kata lain kecepatan reaksi menjadi lebih besar. Secara matematis hubungan
antara nilai tetapan laju reaksi (k) terhadap suhu dinyatakan oleh formulasi
ARRHENIUS:
k = A . e-E/RT
dimana:
k : tetapan laju reaksi
A : tetapan Arrhenius yang
harganya khas untuk setiap reaksi
E : energi pengaktifan
R : tetapan gas universal =
0.0821.atm/moloK = 8.314 joule/moloK
T : suhu reaksi (oK)
D. KATALISATOR
Katalisator adalah zat yang ditambahkan ke dalam suatu reaksi dengan
maksud memperbesar kecepatan reaksi. Katalis terkadang ikut terlibat dalam
reaksi tetapi tidak mengalami perubahan kimiawi yang permanen, dengan kata lain
pada akhir reaksi katalis akan dijumpai kembali dalam bentuk dan jumlah yang
sama seperti sebelum reaksi.
Fungsi katalis adalah memperbesar kecepatan reaksinya (mempercepat
reaksi) dengan jalan memperkecil energi pengaktifan suatu reaksi dan
dibentuknya tahap-tahap reaksi yang baru. Dengan menurunnya energi pengaktifan
maka pada suhu yang sama reaksi dapat berlangsung lebih cepat.
Keadaan
Kesetimbangan
Reaksi yang dapat berlangsung dalam dua arah disebut reaksi dapat
balik. Apabila dalam suatu reaksi kimia, kecepatan reaksi ke kanan sama dengan
kecepatan reaksi ke kiri maka, reaksi dikatakan dalam keadaan setimbang. Secara
umum reaksi kesetimbangan dapat dinyatakan sebagai:
A + B
® C + D
ADA DUA MACAM SISTEM KESETIMBANGAN, YAITU :1. Kesetimbangan
dalam sistem homogen a. Kesetimbangan dalam sistem
gas-gas
Contoh: 2SO2(g) + O2(g) «
2SO3(g)
b.Kesetimbangan dalam sistem larutan-larutan
Contoh: NH4OH(aq) « NH4+(aq) + OH- (aq)
2. Kesetimbangan dalam sistem heterogen
a.Kesetimbangan dalam sistem padat gas
Contoh: CaCO3(s) «
CaO(s) + CO2(g)
b. Kesetimbangan sistem padat larutan
Contoh: BaSO4(s) «
Ba2+(aq) + SO42- (aq)
c. Kesetimbangan dalam sistem larutan padat gas
Contoh: Ca(HCO3)2(aq) «
CaCO3(s) + H2O(l) + CO2(g)
gan, bisa bantu selesain ini g?
BalasHapusBerapa Tekanan gas elpiji yang bervolume 30 liter agar 27`C didalamnya berisi gas CH4 sebanyak 12KG, jika massa rata rata CH4 adalah 16 dan dianggap bahwa CH4 adalah gas ideal?