21.2.13

MAKALAH INDONESIA

02.27 Posted by Unknown No comments


MAKALAH

PERBANDINGAN SISTEM PENDIDIKAN TERBAIK DI DUNIA DAN SISTEM PENDIDIKAN INDONESIA

disusun untuk melengkapi tugas Bahasa Indonesia Semester II

Oleh :
               Agung Candra Wijaya (1112 10 001)
Kelas XI IPA 7


                   


SMA NEGERI 1 PURWAKARTA
2012-1013








KATA PENGANTAR


Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hi
dayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Perbandingan Sistem Pendidikan Terbaik Didunia dan Sistem Pendidikan Indonesia” ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca

Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.



PENULIS






DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………. I
DAFTAR ISI…………………………………………………………………. II
BAB 1       : PENDAHULUAN……………………………………………...... 1
1.1  Latar Belakang Masalah………………………………….….. 1
1.2  Tujuan Penulisan………..…………………………………..… 2
1.3  Rumusan Masalah………………………………...….…….… 1
1.4  Batasan Masalah…………………………………………....... 1
1.5  Metode Penulisan…………………………………………….. 2

BAB 2       : PERBANDINGAN SISTEM PENDIDIKAN TERBAIK DIDUNIA DAN SISTEM PENDIDIKAN INDONESIA…………………..............….….. 3
                  2.1 Sistem Pendidikan di Finlandia……………………………. 4
                  2.2 Kurikulum Pendidikan Finlandia…………………..………. 5
                  2.3 Tenaga Kependidikan di Finlandia………………………... 7
                  2.4 Peran Pemerintah Finlandia……………………………….. 9
                  2.5 Persepsi Ujian di Indonesia dan Finlandia………………... 10
                  2.6 Perbandingan Pendidikan Finlandia dengan Indonesia..…. 10

BAB 3       : PENUTUP…………………………………………………...… 14
                  3.1 Kesimpulan……………………………………………...…... 14
                  3.2 Saran………………………………………………..……….. 14

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………..………….. 15







BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah suatu usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik agar berperan aktif dan positif dalam hidupnya sekarang dan yang akan datang, dan pendidikan nasional Indonesia adalah pendidikan yang berakar pada pencapaian tujuan pembangunan nasional Indonesia. Jenis pendidikan adalah pendidikan yang dikelompokan sesuai dengan sifat dan kekhususan tujuannya dan program yang termasuk jalur pendidikan sekolah terdiri atas pendidikan umum, Pendidikan keturunan dan pendidikan lainnya. Serta upaya pembaharuannya meliputi landasan yuridis, Kurikulum dan perangkat penunjangnya, struktur pendidikan dan tenaga kependidikan.
Pendidikan di Finlandia juga sangat bagus. Di tempat ini, Finlandia konon memiliki kualitas pendidikan yang tinggi, dan bahkan terbaik secara internasional. Selain itu, biaya pendidikan di Finlandia tergolong murah dan terjangkau bila dibandingkan dengan Inggris atau Amerika, bahkan pemerintah memberikan ijin bagi mahasiswa yang berasal dari luar Finlandia untuk bekerja baik fulltime maupun partime untuk memenuhi biaya pendidikan mereka. Finlandia juga menawarkan program studi yang sangat bervariasi, baik jurusan maupun jenjangnya. Hal ini mempermudah siswa dalam mencari sekolah yang sesuai dengan keinginannya.
Dengan begitu banyaknya kelebihan Finlandia di bidang pendidikan, maka ada baiknya Indonesia sedikit berkaca dari sistem pendidikan di Finlandia itu sendiri. Maka dari itulah, penyusun ingin membandingkan sistem pendidikan di Finlandia yang konon terbaik sedunia dan Indonesia, agar dapat diambil manfaat yang baik untuk kemajuan bangsa Indonesia.

1.2 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai bahan pertimbangan dan untuk mengetahui bagaimanakah sistem pendidikan di Finlandia, kurikulum yang digunakan di Finlandia, profesi keguruan,peran pemerintah dalam pendidikan di Finlandia, persepsi ujian di kedua Negara tersebut, dan perbandingan system pendidikan di kedua Negara.



1.3  Batasan Masalah
Penulis membatasi masalah di makalah ini meliputi sistem pendidikan, kurikulum pendidikan, peran pemerintah dikedua Negara, dan perbandingan system pendidikan dikedua Negara.
Dengan batasan-batasan masalah tersebut, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut .

1.4  Rumusan Masalah
1    Bagaimanakah sistem pendidikan di Finlandia?
2        Apakah kurikulum yang digunakan di Finlandia?
3        Bagaimanakah keadaan profesi keguruan di Finlandia?
4        Apakah peran pemerintah dalam pendidikan di Finlandia?
5        Bagaimana persepsi ujian di Indonesia dan di Finlandia?
6        Bagaimana perbandingan system pendidikan di Finlandia dan Indonesia?


1.5 Metode Penulisan
Dengan berbagai macam pertimbangan berdasarkan tingkat kesulitan dan waktu penyelesaian makalah, maka penulis memilih metode Analisis Deskriptif.













BAB II
PERBANDINGAN SISTEM PENDIDIKAN TERBAIK DI DUNIA DAN SISTEM PENDIDIKAN INDONESIA

Finlandia adalah sebuah Negara di ujung eropa yang dikenal sebagai produsen Telephone Genggam terbaik didunia, tak berbeda jauh dengan penilaian masyarakat dunia dengan kalimat diatas, tak beda jauh dengan system pendidikanya atau secara internasional disebut Education System.
Kualitas ini dilihat dari konsistensi ranking mereka dalam tes PISA (Programme for International Study Assessment), sebuah studi internasional yang bertujuan mengevaluasi sistem pendidikan di dunia.
Cina memang menempati urutan pertama dalam tes PISA 2009, namun Finlandia yang saat itu ada di peringkat 3, selalu konsisten menempati peringkat atas. Keberhasilan Finlandia ternyata bersumber dari implementasi sistem pendidikannya yang unik.
PISA adalah sebuah studi internasional yang bertujuan mengevaluasi sistem pendidikan di dunia. Evaluasi 3 tahunan ini dilakukan dengan mengukur keterampilan dan pengetahuan siswa berusia 15 tahun yang diplih secara acak (Organisation for Economic Co-operation and Development, 2012). Bidang yang diukur adalah membaca, matematika dan sains.
Pada tahun 2009, Cina menempati ranking pertama secara umum, diikuti Korea dan Finlandia. Amerika Serikat menempati urutan 17, Inggris peringkat 25 dan Indonesia ada di nomor 57 dari 65 peserta (Organisation for Economic Co-operation and Development, 2009). Finlandia, meski hanya peringkat 3, memiliki konsistensi dalam mendapatkan peringkat atas.
Konsistensi Finlandia mendapatkan peringkat atas dalam tes PISA membuat banyak pakar pendidikan ingin tahu penyebabnya. Menurut situs University of Helsinki, kemajuan pendidikan di Finlandia dimulai pada abad 19. Saat itu, Uuno Cygnaeus, “bapak pendidikan dasar” Finlandia mencetuskan ide bahwa kelas yang paling baik adalah kelas di mana murid lebih banyak berbicara dibanding guru. Selain itu, dijelaskan juga
Pengembangan program dan penyapaian dan penilaian. Menjelaskan konsep akademik, guru dan pendekatan belajar serta rangcangan kurikulum,  pengajaran, dan pengembangan program, dengan melihat kelebihan dan kekurangannya, akan menjadi tolak ukur dari suatu system Text Box: ( Dikutip dari : EDUCATIONAL LEADERSHIP : A Problem Based Approach Second Edition )

pendidikan.
Selain itu tokoh-tokoh pendidikan di Finlandia juga memakai pandangan John Dewey dalam pendidikannya, yaitu belajar dengan mempraktikkannya .

2.1  Sistem Pendidikan di Finlandia
ü  Pendidikan dasar di sana berlangsung selama 9 tahun. Namun, negara itu tidak memberlakukan pemisahan antara pendidikan dasar dan lanjutan, sehingga para siswa tidak perlu berganti sekolah di usia 13 tahun. Kebijakan ini mereka lakukan untuk menghindari masa transisi yang perlu dialami oleh siswa, yang dipercaya dapat mengganggu pendidikan mereka.

ü  Selama enam tahun pertama, anak-anak Finlandia tidak dituntut untuk menguasai pelajaran atau menjadi pintar dalam suatu bidang. Masa itu adalah masa-masa penting bagi mereka untuk belajar apapun dan menemukan sendiri apa yang ingin mereka lakukan untuk masa depan.

ü  Terkait tenaga pengajar, guru-guru di Finlandia harus menjalani penyeleksian yang ketat. Hanya mereka yang memiliki gelar master dan merupakan orang-orang terbaik di universitasnya sajalah yang dapat menjadi guru di Finlandia. Karenanya, pekerjaan sebagai guru adalah pekerjaan terhormat dan bergengsi di sana, sama halnya dengan menjadi pengacara ataupun dokter. Negeri itu pun begitu menghargai pekerjaan sebagai guru.

ü  Pemerintah Finlandia juga memiliki kebijakan untuk menumbuhkan minat dan kultur membaca di negaranya, yakni dengan hadiah berupa buku bergambar untuk para orang tua yang baru saja memiliki anak. Selain itu,
beberapa perpustakaan menyatu dengan pusat perbelanjaan, sehingga ibu-ibu yang sedang berbelanja bisa membiarkan anaknya di perpustakaan untuk membaca. Di sana juga ada perpustakaan keliling untuk daerah yang sulit dijangkau. Karenanya, iklim membaca di negeri itu tumbuh dengan pesat menjadi kultur masyarakatnya.

ü  Dari sekian banyak hal di atas, yang paling menentukan keberhasilan pendidikan di Finlandia adalah dukungan penuh dari pemerintahnya. Orang Finlandia dapat memperoleh pendidikan gratis hingga jenjang setinggi-tingginya. Bukan hanya di sekolah negeri saja, sekolah swasta pun mendapatkan perlakuan yang sama melalui kebijakan subsidi pendidikan dari pemerintah. Pemerintah Finlandia bahkan menganggap mengambil dana pendidikan dari siswanya adalah hal yang tidak terpuji, karena pendidikan adalah hak bagi semua warga negara dan jadi kewajiban bagi pemerintah untuk memenuhinya. 

2.2  Kurikulum di Finlandia
Ø  Kurikulum pendidikan Finlandia tidak sepadat kurikulum yang diberlakukan di  negara-negara lainnya, khususnya negara Asia. Anak-anak di Finlandia menghabiskan waktu lebih sedikit di sekolah dibandingkan anak-anak di negara lain.

Ø  Jam istirahat sekolah juga lebih panjang, yakni 75 menit, dibandingkan dengan negara seperti Amerika yang membatasi waktu 30 menit istirahat.

Ø  Mereka juga diberikan tugas yang lebih sedikit. Selain itu,

Ø  Anak-anak Finlandia memulai pendidikan akademik di usia 7 tahun, berbeda dengan kebanyakan negara yang memulai pendidikan akademik anak-anak di usia yang lebih muda. Bagaimana Finlandia mampu menuai sukses di dunia pendidikan dengan kurikulumnya yang terkesan “malas”?

Ø  Di Finlandia guru tidak hanya sebatas pengajar tapi mereka pakar kurikulum, kurikulum di Finlandia sangat berbeda di setiap sekolah namun tetap berjalan dibawah panduan resmi pemerintah. guru-guru di Finlandia adalah lulusan terbaik di berbagai universitas dengan ijazah minimal master/S2.

Ø  Jika di negara-negaja maju memberlakukan “standardized test” untuk mengukur kemajuan siswa di sekolah, Finlandia tidak melakukan hal yang sama. bagi mereka kemampuan murid tidaklah sama, jadi melakukan tes baku untuk semua murid sama sekali tidak menghasilkan mutu pendidikan yang baik. tidak heran prinsip pendidikan di Finlandia adalah “kurangi tes, perbanyak belajar”

Ø  “No competition”, pendidikan di Finlandia tidak mengajarkan siswa untuk menjadi siapa yang terpandai namun lebih menekankan bagaimana membentuk “community” yaitu mengabungkan guru sebagai pendidik, siswa sebagai anak didik, dan masyarakat sebagai bagian dari pendidikan, sehingga kolaborasi ini yang membuat pendidikan lebih unggul karena semua merasa bertanggung jawab akan proses pendidikan.

Ø  Di dalam kelas, sangat jarang ada guru yang berdiri di depan kelas dan memberikan ceramah selama 50 menit. Siswalah yang menjadi pusatnya, dengan menentukan sendiri target mingguan dengan guru, pada bidang tertentu dan memilih tugasnya sendiri. Sehingga yang terjadi di kelas adalah: siswa berjalan kesana kemari, mengumpulkan informasi, bertanya pada guru dan bekerja sama dengan siswa lain dalam kelompok kecil.

Ø  Di Finlandia Pemerintah sukses menggabungkan kompetensi guru yang tinggi, kesabaran, toleransi dan komitmen pada keberhasilan melalui tanggungjawab pribadi.

Ø  Di Finlandia, tak ada pengkotakan siswa dan pengkastaan sekolah. Sekolah swasta dapat bantuan dana yang sama dengan sekolah negeri.
Ø  Bagi mereka kemampuan murid tidaklah sama, jadi melakukan tes baku untuk semua murid sama sekali tidak menghasilkan mutu pendidikan yang baik. Tak heran prinsip pendidikan di Finlandia adalah “kurangi tes, perbanyak belajar”. 

Ø  Kegemaran membaca aktif didorong. Finlandia menerbitkan lebih banyak buku anak-anak daripada negeri manapun di dunia. Guru diberi kebebasan melaksanakan kurikulum pemerintah, bebas memilih metode dan buku teks.

Ø  Hal menarik lainnya, mayoritas sekolah di Finlandia tidak “menjual” nama. intinya mutu seluruh sekolah di Finlandia adalah sama, jadi tidak ada istilah membedakan. orang tua dapat dengan mudah memilih sekolah mana saja untuk anaknya tanpa harus ragu akan kualitas sekolah tersebut.

Ø  Setiap sekolah memiliki pelajaran bahasa asing yang berbeda dan olahraga khusus. sehingga para orang tua dapat memilih bahasa asing dan olahraga terbaik bagi anak mereka.

Ø  Pendidikan di Finlandia tidak membebankan siswa melakukan banyak tugas, jika dibandingkan dengan Amerika yang membebankan siswa melakukan “homework” selama 2-3 jam/hari maka Finlandia hanya memberlakukan maksimum 30 menit/hari. Seperti yang dijelaskan

Membahas sekolah dan aturannya. Menjelasakn pada masalah-masalah seperti ‘tidak mengikuti kebijakan dewan sekolah.
Text Box: ( Dikutip dari : EDUCATIONAL LEADERSHIP : A Problem Based Approach Second Edition )

Maka ketika murid-murid di Finlandia itu tidak mematuhi aturan dewan sekolah, dewan guru akan mengambil tindakan dengan cara memberi pengertian dengan tetap mempertimbangkan kualitan psikologi muridnya.
Ø  guru di Finlandia lebih mengedepankan proses pembelajaran dimana siswa dapat menyerap apa yang dipelajari di kelas ketimbang apa yang mereka dapat lakukan diluar kelas. bahkan didalam 1 kelas terdapat 2 guru untuk memberikan hak belajar yang sama pada setiap siswa. “homework doesn’t make you smart”

Ø  Pendidikan yang baik tidak terletak pada hasil yang baik, terkadang “standardized test” hanya sebagai patokan namun bukan landasan. bayangkan berapa milyar yang harus dikeluarkan setiap tahun untuk membuat soal ujian, namun berapa milyar individu yang bermutu? apakah setiap siswa memiliki kemampuan yang sama untuk melakukan tes yang sama?

Ø  Pendidik diberi kebebasan melaksanakan kurikulum pemerintah, bebas memilih metode dan buku teks.

Ø  Stasiun TV menyiarkan program berbahasa asing dengan teks terjemahan dalam bahasa Finish sehingga anak-anak bahkan membaca waktu nonton TV.

Ø  Pendidikan di sekolah berlangsung rileks dan masuk kelas siswa harus melepas sepatu, hanya berkaus kaki.

Ø  Murid-murid sekolah di finlandia tidak mengenakan seragam saat bersekolah. mereka diizinkan memakai pakaian kasual yang nyaman bagi mereka.

Ø  Ketika melakukan “medical check up” tidak perlu menyedot seluruh darah yang ada dibadan untuk mengetahui penyakit apa yang diidap. cukup beberapa tetesan saja. dalam lingkup pendidikan, tidak perlu mengetes seluruh siswa tapi cukup dengan “randomized sample” untuk mewakili, namun dengan prosedur dan sistem yang valid

Ø  Dan sekolah berfungsi sebagai tempat belajar dan eksplorasi potensi dimana sekolah menjadi lingkungan yang relaks dan tidak terlalu mengikat siswanya dengan jam belajar dan kapasitas tugas yang tidak terlalu membebanisiswa.

Ø  Tidak ada sistem peringkat untuk prestasi akademik dan ujian standarisasi dari tingkat sekolah dasar sampai dengan menengah pertama.

Ø  Para siswa juga baru diuji dengan ujian standarisasi pada sekolah menengah tingkat akhir. Ujian ini pun bersifat optional, hanya bagi mereka yang ingin melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi.
Ø  Bagi yang tidak mengikuti ujian, tetap bisa melanjutkan ke institusi pendidikan yang berorientasi ke praktek dunia kerja.

2.3  Tenaga Kependidikan di Finlandia
1.      Syarat Guru di Finlandia
Syarat guru untuk mengajar di Finlandia ditentukan oleh Pemerintah Pusat. Standar qualifikasi Untuk mendapatkan sertifikat mengajar, calon guru di Finlandia harus menempuh pendidikan tertentu. Bila calon guru belum menyelesaikan jenjang S2, maka ia harus mendaftar di S2 jurusan pendidikan (Master of Education) yang berlangsung selama 4-5 tahun. Namun, bila calon guru sudah menyelesaikan jenjang S2 di luar jurusan pendidikan, maka calon guru tersebut harus mengikuti beberapa program, yaitu: 
·         Master of Education - 1.5-2 years
·         Graduate Diploma of Education - 1 year (equivalent to a teacher certificate program)
·         Masters of Teaching - 1.5 years 
Setiap program tersebut tersedia untuk pembelajaran di tingkat primary ataupun secondary.

2.      Peningkatan Profesionalitas Guru
Guru adalah ujung tombak dari pendidikan yang berlangsung di dalam kelas. Seiring dengan kemajuan teknologi serta perkembangan pengetahuan, profesionalitasan guru pun harus ditingkatkan. Berbagai program dilakukan untuk meningkatkan profesionalitasan guru di Finlandia. Salah satu program yang dilakukan oleh FLTC (Finlandia Learning and Teaching Council) adalah Teaching Preparations Programs (TPPs) yang ditujukan untuk guru. Program ini telah mulai dilakukan di 39 universitas.
Meski demikian, setiap Provinsi memiliki program maupun cara tersendiri untuk meningkatkan profesionalitasan guru mereka. Organisasi Guru
Organisasi untuk guru-guru di Australia disebut dengan the Finlandia Teacher Education Assosiation (FTEA). Misi dari FTEA adalah untuk mempromosikan:
·         Pra-pelayanan serta melanjutkan pendidikan untuk semua guru dalam segala bentuk dan konteks;
·         Pendidikan guru sebagai sentral dalam pendidikan bangsa;
·         Penelitian untuk pendidikan guru sebagai upaya inti.
Beberapa strategi kunci yang dilakukan untuk mencapai tujuan atau misi tersebut adalah:
·         mendorong peningkatan pendidikan guru awal;
·         terlibat dalam advokasi nasional untuk pendidikan guru;
·         mempromosikan dan mendukung profesi keguruan;
·         membentuk link yang kuat dengan individu dan organisasi yang terlibat dalam perubahan pendidikan;
·         meningkatkan sifat, kualitas dan ketersediaan pengembangan profesional bagi pendidik guru, dan
Guru juga perlu memiliki pengetahuan tentang cara mengelola pembelajaran hingga peserta didik dapat menerima materi yang diajarkan. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan proses pembelajaran yang bervariasi, memahami kesulitan peserta didik dalam belajar dan cara mengatasinya serta menghindari miskonsepsi.
Text Box: ( Dikutip dari :  BUKU ILMU DAN APLIKASI PENDIDIKAN )

2.4  Peran Pemerintah Finlandia
Pemerintahan di Finlandia adalah pemerintah yang peduli terhadap dunia pendidikan. Berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah di Finlandia untuk memajukan pendidikan di negaranya. Beberapa peran tersebut antara lain adalah:

1.      Menyupply pendanaan pendidikan untuk pemerintah federal, sementara masalah akreditasi ditangani oleh pemerintah Provinsi, karena perguruan tinggi terdapat di Provinsi yang berbeda.

2.      Adanya lembaga audit nasional yaitu bertugas untuk memeriksa sistem yang diterapkan di lembaga pendidikan dan badan akreditasi. Lembaga ini menerbitkan laporan pemeriksaan, termasuk rekomendasi.

3.      Melakukan system penjaminan mutu. System penjaminan mutu dilakukan oleh pemerintah, lembaga audit, dan lembaga pendidikan itu sendiri. Pemerintah bertugas dalam pendanaan, lembaga audit berperan sebagai pemeriksa, sedangkan lembaga pendidikan bertugas untuk afirmasi (melakukan self review, menemukan masalah, kemudian menganalisa bagian yang akan dikembangkan/dibangun).

4.      Kepedulian pemerintah. pemerintah finlandia mengeluarkan banyak biaya untuk kemajuan pendidikan negaranya dengan sekolah gratis 9 tahun . bahkan sekolah swasta diberika dana oleh pemerintah agar dapat menyelenggarakan pendidikan gratis. pemerintah juga turut andil dalam menumbuhkan minat baca pada rakyat nya dengan memberikan buku gambar gratis kepada pasangan orang tua baru. perpustakaan yang dapat diakses dengan mudah dan fasilitas pendidikan lainnya. 

5.      Merupakan kebijakan dari pemerintah setempat untuk menyediakan pendidikan gratis bagi semua pelajar dan mahasiswa di negara yang beriklim ekstrim di musim dingin ini. Selain terbebas dari tuition fee, institusi pendidikan tingkat tinggi juga sangat didukung oleh sistem fasilitas yang sangat memadai. 


6.      Perpustakaan, internet, laboratorium, online learning platform, hanya merupakan sebagian dari fasilitas-fasilitas yang disediakan secara cuma-cuma. Berbagai macam buku dapat diakses di berbagai perpusatakaan, baik perpustakaan institusi maupun kota. Setiap jurusan program selalu mendapat akses laboratori yang lengkap dan mudah diakses, dan setiap institusi selalu mempunyai online learning platform dimana para mahasiswa dapat mengakses berbagai materi pelajaran kelas secara online.

7.        Leo Pahkin, konselor pendidikan dari Badan Pendidikan Nasional Finlandia terus menggenjot mutu pendidikan di Finlandia yang dipandangnya sebagai aset kemajuan bangsa. “Kami menanam investasi yang besar di bidang pendidikan dan pelatihan, agar kami bisa mencetak tenaga ahli dan terampil yang nantinya menghasilkaninovasi.


2.5  Presepsi Ujian Di Indonesia Dan Finlandia

Jika di Indonesia pemerintah menargetkan siswanya bisa mengikuti ujian akhir yang menentukan kelulusan dan tingkatan akademik setiap orang. Maka dari itulah system pendidikan di Indonesia rata-rata sekolah dan institusi pendidikan lainya memusatkan perhatian pada siswa hanya untuk mengikuti ujian dan setelah mereka melewati ujian, maka dapat diperkirakan pelajaran akademik yang mereka pelajari selama ini hanya terpakai 30% nya saja. Dan setelah mereka lulus 60% bisa diperkirakan melupakan pelajaran akademik yang mereka dapatkan di jenjang pendidikan sebelumnya.

Perlu dikaji ulang bahwa yang menjadi permasalahan ialah konsep dasar belajar dan pembelajaran yang diawali dengan pengkajian tentang paradigma alternatif pendidikan/pembelajaran.
Text Box: ( Dikutip dari : Buku Belajar dan Pembelajaran )

Di Negara Finlandia, pemerintah selalu mengkaji system pendidikan dinegaranya sehingga
Jika negara-negara lain percaya bahwa ujian dan evaluasi bagi siswa merupakan bagian yang sangat penting bagi kualitas pendidikan, mereka justru percaya bahwa ujian dan testing itulah yang menghancurkan tujuan belajar siswa. Maka di Negara ini pelajar tidak dituntut untuk mengikuti ujian dan tidak ada yang namanya UN atau yang lainya , sehingga pelajar lebih nyaman belajar karena tidak dibebani pada ujian akhir. Namun mereka belajar secara kontinyu pada setiap jenjang pendidikanya sehingga mereka bisa terus belajar .
Dan terlalu banyak testing membuat kita cenderung mengajar siswa untuk lolos ujian, ungkap seorang guru di Finlandia. Padahal banyak aspek dalam pendidikan yang tidak bisa diukur dengan ujian.

2.6  Perbandingan Pendidikan Finlandia Dengan Indonesia

FINLANDIA
INDONESIA
v  Besarnya anggaran pendidikan yang dialokasikan pemerintah Finlandia. Beasiswa diberikan pada warga sejak taman kanak-kanak hingga mereka menempu kuliah S3 (program doktoral). Keberanian Finlandia dalam pengucuran anggaran pendidikan yang besar ditopang oleh pendapatan perkapita penduduknya dari hasil hutan cukup tinggi, sekitar 37.460 dollar AS atau sekitar 342 juta rupiah pertahun. Sementara jumlah penduduk sedikit. Akan tetapi keberhasilan pendidikan di Finlandia juga didukung iklim politik yang bagus.
v  Kegemaran membaca aktif didorong. Finlandia menerbitkan lebih banyak buku anak-anak daripada negeri mana pun di dunia. Guru diberi kebebasan melaksanakan kurikulum pemerintah, bebas memilih metode dan buku teks. Stasiun TV menyiarkan program berbahasa asing dengan teks terjemahan dalam bahasa Finish sehingga anak-anak bahkan membaca waktu nonton TV.
v  Pendidikan di sekolah berlangsung rileks dan masuk kelas siswa harus melepas sepatu, hanya berkaus kaki. Belajar aktif diterapkan guru yang semuanya tamatan S2 dan dipilih dari the best ten lulusan universitas. Orang merasa lebih terhormat jadi guru daripada jadi dokter atau insinyur. Frekuensi tes benar-benar dikurangi. Ujian nasional hanyalah Matriculation Examination  untuk masuk PT. Sekolah swasta mendapatkan dana sama besar dengan dana untuk sekolah negeri.
v  Sebesar 25% kenaikan pendapatan nasional Finlandia disumbangkan oleh meningkatnya mutu pendidikan. Dari negeri agraris yang tak terkenal kini Finlandia maju di bidang teknologi. Produk HP Nokia misalnya merajai pasar HP dunia. Itulah keajaiban pendidikan Finlandia.
v  Masalah kualitas guru di Finlandia kiranya tak perlu dipersoalkan mutunya. Sudah dipastikan guru-guru di Finladia adalah guru bermutu tinggi. Karena para guru dipilih yang paling berkualitas dan terlatih. Dan untuk bisa kuliah di jurusan pendidikan harus bersaing ketat, lebih ketat ketimbang persaingan di fakultas-fakultas bergengsi lainnya. Biasanya dari 7 peminat hanya 1 orang saja yang diterima. Padahal di Finlandia gaji guru tidak begitu besar. Tetapi negara dan rakyat Finladia menempatkan guru sebagai jabatan terhormat dan mereka yang menyandang jabatan itu pun juga merasa mendapat sebuah prestisius dan kebanggaan. Puncak kebanggaan mereka berhasil mendidik anak didik bukan berhasil memanipulasi nilai siswa.
v  para guru di Finlandia akan selalu mengatakan “Kalau saya gagal dalam mengajar seorang siswa, itu berarti ada yang tidak beres dengan pengajaran saya.”
v  Guru Finlandia sangat bertanggungjawab, minimal pada kelangsungan masa depan anak didiknya termasuk pendidikan lanjutan yang akan ditempuh anak didik itu. Sementara nilai siswa sama sekali tidak dianggap penting
v  Guru-guru di Finlandia dibebaskan untyuk menggunakan metode kelas apapun, dengan kurikulum yang mereka rancang sendiri dan buku teks yang mereka pilih sendiri. Ujian bukan hal utama dan sakral, tetapi ujian hanya digunakan untuk mengetahui kualifikasi siswa di sebuah universitas.
v  Kewibawaan guru demikian tinggi di mata murid, karena mereka sangat menghindari kritikan pada pekerjaan murid, tetapi mereka mengajak murid tersebut membandingkan dengan nilai sebelumnya. Lebih-lebih mengatakan “kamu salah” pada murid adalah sangat dihindari oleh guru-guru Finlandia. Para guru melihat sebagai hal biasa jika siswa melakukan kesalahan, termasuk dalam hal mengerjakan soal-soal.
v  Siswa di Finlandia juga diarahkan mampu mengevaluasi secara mandiri akan hasil belajarnya. Dan itu diterapkan sejak dini/pra TK. Mereka didorong bekerja secara individu tak peduli apapun hasilnya. “Ini akan membantu siswa belajar bertanggungjawab atas pekerjaan mereka sendiri,” kata Sundstrom, seorang Kepala Sekolah Dasar di Poikkilaakso, Finlandia.
Sampsa Vourio, seorang guru di Torpparinmaki Comprehensive School, Finlandia menjelaskan kalau sistem pendidikan di negaranya dijalankan sangat demikratis.
v  Prestasi siswa, terletak pada prosesnya, buka pada hasil akhirnya. Artinya, jika ada PR, mereka tidak harus mengerjakannya secara sempurna. Yang penting murid sudah menunjukkan hasil usahanya, itu sudah dianggap cukup.
v  Dalam hal alokasi waktu belajar di sekolah, sebenarnya tidak banyak waktu yang dibebankan pada murid, rata-rata cuma 30 jam per-minggu. Usia masuk sekolah juga tergolong lambat, yaitu usia 7 tahun.
Ø  Pemerintah cenderung memprioritaskan anggaran hanya untuk cenderung yang tidak penting, anggaran untuk pendidikan hanya kecil yang diberikan pemerintah. Sehingga banyak institusi pendidikan yang kurang memadai dari segi fasilitas maupun tenaga pengajarnya.
Ø  . Kita masih asyik memborbardir siswa dengan sekian banyak tes (ulangan harian, ulangan blok, ulangan mid-semester, ulangan umum / kenaikan kelas, dan ujian nasional). Finlandia menganut kebijakan mengurangi tes jadi sesedikit mungkin. Tak ada ujian nasional sampai siswa yang menyelesaikan pendidikan SMA mengikutimatriculation examination untuk masuk PT.
Ø  Kita masih getol menerapkan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) sehingga siswa yang gagal tes harus mengikuti tes remidial dan masih ada tinggal kelas. Sebaliknya, Finlandia menganut kebijakan automatic promotion, naik kelas otomatis. Guru siap membantu siswa yang tertinggal sehingga semua naik kelas.
Ø  Kita masih berpikir bahwa PR amat penting untuk membiasakan siswa disiplin belajar. Bahkan, di sekolah tertentu, tiada hari tanpa PR. Sebaliknya, di Finlandia PR masih bisa ditolerir tapi maksimum hanya menyita waktu setengah jam waktu anak belajar di rumah.
Ø  Kita masih pusing meningkatkan kualifikasi guru SD agar setara dengan S1, di Finlandia semua guru harus tamatan S2.
Ø  5. Kita masih menerima calon guru yang lulus dengan nilai pas-pasan, sedangkan di Finlandia the best tenlulusan universitas yang diterima menjadi guru.
Ø  Kita masih sibuk memaksa guru membuat silabus dan RPP mengikuti model dari Pusat dan memaksa guru memakai buku pelajaran BSE (Buku Sekolah Elektronik), di Finlandia para guru bebas memilih bentuk atau model persiapan mengajar dan memilih metode serta buku pelajaran sesuai dengan pertimbangannya.
Ø  Hanya segelintir guru di tanah air yang membuat proses belajar-mengajar itu menyenangkan (learning is fun) melalui penerapan belajar aktif. Terbanyak guru masih getol mengajar satu arah dengan metode ceramah amat dominan. Sedangkan, di Finlandia terbanyak guru menciptakan suasana belajar yang menyenangkan melalui implementasi belajar aktif dan para siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil. Motivasi intrinsik siswa adalah kata kunci keberhasilan dalam belajar.
Ø  Di tanah air kita terseret arus mengkotak-kotakkan siswa dalam kelas reguler dan kelas anak pintar, kelas anak lamban berbahasa Indonesia dan kelas bilingual (bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar) dan membuat pengkastaan sekolah (sekolah berstandar nasional, sekolah nasional plus, sekolah berstandar internasional, sekolah negeri yang dianakemaskan dan sekolah swasta yang dianaktirikan). Sebaliknya di Finlandia, tidak ada pengkotakan siswa dan pengkastaan sekolah. Sekolah swasta mendapatkan besaran dana yang sama dengan sekolah negeri.
Ø  Di Indonesia bahasa Inggris wajib diajarkan sejak kelas I SMP, di Finlandia bahasa Inggris mulai diajarkan dari kelas III SD. Alasan kebijakan ini adalah memenangkan persaingan ekonomi di Eropa, membuka kesempatan kerja lebih luas bagi lulusan, mengembangkan wawasan menghargai keanekaragaman kultural.
Ø  10. Di Indonesia siswa-siswa kita ke sekolah sebanyak 220 hari dalam setahun (termasuk negara yang menerapkan jumlah hari belajar efektif dalam setahun yang tertinggi di dunia). Sebaliknya, siswa-siswa Finlandia ke sekolah hanya sebanyak 190 hari dalam satu tahun. Jumlah hari liburnya 30 hari lebih banyak daripada di Indonesia. Kita masih menganut pandangan bahwa semakin sering ke sekolah anak makin pintar, mereka malah berpandangan semakin banyak hari libur anak makin pintar.
Ø  Sistem pendidikan saat ini seperti lingkaran setan, jika ada yang mengatakan bahwa tidak perlu UN karena yang mengetahui karakteristik siswa di sekolah adalah guru, pernyataan tersebut betul sekali, namun pada kenyataannya di lapangan, sering kali saya lihat nilai raport yang dimanipulasi, jarang bahkan mungkin tidak ada guru yang tidak memanipulasi nilainya dengan berbagai macam alasan, kasihan siswanya, supaya terlihat guru tersebut berhasil dalam mengajar, karena tidak boleh ada nilai 4














BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
        Kesimpulan yang saya ambil dari judul makalah ini adalah masih banyaknya kekurangan system pendidikan di Indonesia jika dibandingkan dengan system pendidikan Finlandia yang dalam bentuk kecilnya dimulai dari peraturan dewan sekolah untuk para siswanya.
            Indonesia masih bisa memperbaiki dan meninjau ulang system pendidikan yang telah lama dipakai di Indonesia, dengan demikian maka system pendidikan di Indonesia bisa paling tidak naik pada peringkat kualifikasi penilaian oleh dewan pendidikan internasional.
            Dengan begitu Indonesia bisa lebih bangga dengan system pendidikan yang dimilikinya, karena dengan demikian juga maka kualitas pendidikan di Indonesia akan bisa disandingkan dengan Negara lainya didunia.

3.2 Saran
            Indonesia bisa meninjau dan merevisi kembali system pendidikan yang telah lama dipakai di Indonesia, dengan tujuan bisa memperbaiki kekurangan yang ada pada system pendidikan Indonesia. Dengan begitu maka otomatis kualitas pendidikan dan siswa usia sekolah bisa menjadi kebanggaan tersendiri bagi bangsa Indonesia, sekaligus sebagai tolak ukur tingkat kemajuan Negara Indonesia khususnya dalam bidang pendidikan .












DAFTAR PUSTAKA

Darling-Hammond, L. (2012, November). What we can learn from Finland’s successful school reform. Diambil kembali dari National Education Association Today:http://www.nea.org/home/40991.htm
Lopez, A. (2012, May 21). How Finnish schools shine. Dipetik October 3, 2012, dari The Guardian Teacher Network Blog: http://www.guardian.co.uk/teacher-network/teacher-blog/2012/apr/09/finish-school-system
Organisation for Economic Co-operation and Development. (2009). PISA 2009 ranking. Diambil kembali dari PISA 2009 key findings: http://www.oecd.org/pisa/46643496.pdf
Organisation for Economic Co-operation and Development. (2012). About Pisa. Dipetik October 3, 2012, dari PISA: http://www.oecd.org/pisa/aboutpisa/
Siina , V. (2012, January 25). News & Events. Dipetik October 3, 2012, dari University of Helsinki: http://www.helsinki.fi/news/archive/1-2012/25-16-58-02.html
Snider, J. (2011, April 17). Keys To Finnish Educational Success: Intensive Teacher-Training, Union Collaboration. Dipetik October 2012, 2012, dari Huffington Post Blog:http://www.huffingtonpost.com/justin-snider/keys-to-finnish-education_b_836802.html
Mulyasa. 2009. Menjadi Guru Professional. Bandung : Remaja Rosda.
Marquardt, M. J. (2002). Building the learning organization. New York : McGraw-Hill

Goldsmith, M. Morgan, H. & Ogg, A.J. (eds). (2004). Leading organizational learning: Harneshing the power of knowledge. San Fransisco: Jossey-Bass.

Shelton, K. (ed). (1997). A new paradigm of leaership: Visions of excellence for 21 st century organizations. Provo: Executive Excellence Publishing.

Nanus, B. and Stepehen M. D. (1999). Leaders who make a difference : Essential strategies for meeting the nonprofit challenge. San Francisco : Jossey-Bass Publishers.

Law, S and Glower,D. (2000). Educational leadership and learning. Buckingham : Open University Press.

Fulmer, R. M. and Goldsmith,M. (2001). The Leadership investment. New York : Amacom.

Cunningham, W. G. & Cordeiro, P. A. (2003). Educational leadership : A problem based approach. Boston,MA : Allyn & Bacon.

Guns, B. (1996). The faster learning organization : Gain and sustain the competitive edge. London; Pfeiffer & Co.

Kasali, R. (2006). Change. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum.
Mudjono dan Dimyati. (2002). Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Ali, Mohammad dan Rekan. (2007). Ilmu Dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: Pedagogiana Press.





0 komentar:

Posting Komentar